F-16 Fighting Falcon

Catatan: Sesuai dengan komitmen saya untuk tidak menjadikan blog ini sekedar ruang pamer barang, maka akan saya tambahkan artikel-artikel terkait koleksi saya. Kali ini saya turunkan artikel yang pernah saya tulis sewaktu saya bekerja di majalah Terbang, namun tidak diterbitkan karena majalahnya keburu tutup.

Pesawat buatan General Dynamics ini sempat menghebohkan masyarakat Indonesia saat pemerintah membeli 8 unit F-16 A dan 4 unit F-16 B Block 15 OCU (Operational Capability Upgrade) pada Agustus 1986. Pesawat pertama datang pada Desember 1989 dan seluruhnya selesai diantarkan pada 1990. Selama beberapa tahun, termasuk saat diadakan Indonesian Air Show 1996, F-16 jadi primadona. Bahkan saat itu TNI AU membentuk tim aerobatik Elang Biru yang terdiri dari 6 unit F-16 A/B.

Saking kesengsemnya, pemerintah mengorder lagi 9 unit F-16 A Block 15 pada Maret 1996. Pesawat-pesawat tersebut semula merupakan pesanan Pakistan yang diembargo oleh Kongres AS di bawah Amandemen Pressler. Pembayaran Indonesia akan diberikan pada Pakistan yang telah membayar penuh pesanannya. Namun, pada 2 Juni 1997 Presiden Soeharto membatalkan pesanan tersebut. Diduga sebabnya terkait dengan tuduhan AS bahwa Indonesia melanggar HAM dalam Insiden Santa Cruz Dili 12 November 1992.

Bagaimanapun, pesawat ini merupakan pesawat tempur generasi keempat terpopuler di dunia. Tak kurang dari 4.426 unit telah dibuat dan dipakai oleh 23 negara. Awalnya, pesawat ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan AS akan pesawat tempur andalan. Maka diluncurkanlah dua program sekaligus: “Fighter Experimental (FX)” untuk pesawat tempur berat dan”Advanced Day Fighter (ADF)” untuk pesawat tempur ringan pada pertengahan tahun 1960-an. Pada Desember 1969, program FX dimenangkan McDonnell Douglas dengan F-15-nya.

Hampir saja program ADF dilupakan kalau tidak di-lobby oleh “Fighter Mafia” di Pentagon, yang dikomandoi oleh Major John Boyd dan analis sipil Pierre Sprey. Pada Januari 1972 diluncurkan program Light Weight Fighter (LWF) yang diikuti 5 perusahaan. Pada 13 April 1972, 2 proposal masuk evaluasi akhir, yaitu General Dynamics (GD) mendapat kontrak pembuatan dua prototype pesawat yang disebut “Model 401” atau “YF-16” dan Northrop menerima kontrak 2 prototype pesawat yang disebut “Model P-600” atau “YF 17”.

Setelah melewati berbagai pengujian, pada 13 Januari 1975 “YF-16” dinyatakan menang. Keunggulan utama “YF-16” adalah penggunaan mesin tunggal Pratt & Whitney (P&W) F100 yang sama dengan F 15 –hanya saja F 15 ganda- yang memudahkan perawatan di kemudian hari. Konsep “YF 17” tidak hilang begitu saja. Dengan melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan US Navy dan US Marine Corps, McDonnell Douglas kemudian memproduksinya menjadi F/A 18 Hornet.

Model skala penuh (Full Scale Development-FSD) pertama F-16 A kursi tunggal terbang perdana pada 8 Desember 1976 dengan pilot uji Neil Anderson. Sementara FSD F-16 B kursi ganda terbang perdana pada 8 Agustus 1977, setelah USAF memutuskan memesan 738 unit F-16 A. Pada 7 Agustus 1978 produksi massal pertama F-16 A terbang perdana dan mulai memasuki dinas aktif di USAF mulai awal 1979. Kesatuan USAF pertama yang menerimanya adalah 388th Tactical Fighter Wing di Pangkalan Udara Hill, Utah.  Pada awal 1980 diluncurkan program MOTE (Multinational Operational Test & Operation) untuk mengoperasikannya secara internasional. Patut dicatat, semenjak “YF-16” dinyatakan menang kompetisi desain Air Combat Fighter (ACF),  4 negara anggota NATO (Belanda, Belgia, Denmark dan Norwegia) diberi lisensi memproduksi 348 unit di negara masing-masing.

Bobot ringan ditambah penggunaan mesin tunggal turbofan P & W F100-PW 200 melesatkan kecepatannya hingga 2 kali kecepatan suara (Mach 2.0). Desain aerodinamisnya mampu mengatasi tekanan gravitasi hingga 9 G, walaupun tangki bahan bakar internalnya penuh.

Kokpit dan kanopinya memberi pandangan luas kepada pilot. Pada versi kursi ganda, pilot di kursi belakang dapat melihat hingga 30 derajat dibandingkan pesawat lain yang hanya 13 derajat. Kontrol pesawat pun mudah karena F-16 mengadopsi system “fly by wire” alias pengendalian elektronis penuh. Ada tongkat kendali di sisi pilot selain tongkat kendali utama di tengah. Ini untuk memudahkan manuver saat dalam tekanan gravitasi tinggi.

Beragam senjata bisa diusung dengan 13 cantelan di tubuhnya. Umumnya, cantelan di tengah diisi tabung ECM (Electronic Counter Measures) atau LANTIRN (Low Altitude Navigation and Targeting Infrared for Night). Sementara cantelan di ujung sayap diisi rudal udara ke udara jarak pendek AIM-9 Sidewinder atau rudal udara ke udara jarak menengah AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Range Air to Air Missile). Sementara cantelan lain bisa dilengkapi dengan AIM 9 Sidewinder, bom pintar GBU-24 Paveway III, rudal udara ke permukaan AGM-65 Maverick, AGM-88 HARM atau tangki bahan bakar eksternal bila perlu terbang jarak jauh.

Tentang koleksibhayu

Blog berisi koleksi aneka barang milik Bhayu M.H.
Pos ini dipublikasikan di Artikel Tentang Koleksi dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar